KESEIMBANGANN BENDA TEGAR: TITIK BERAT
Keseimbangan Benda Tegar : Titik Berat
Telah
dikatakan sebelumnya bahwa suatu benda tegar dapat mengalami gerak
translasi (gerak lurus) dan gerak rotasi. Benda tegar akan melakukan
gerak translasi apabila gaya yang diberikan pada benda tepat mengenai
suatu titik yang yang disebut titik berat.
Mari
kita tinjau suatu benda tegar, misalnya tongkat pemukul kasti, kemudian
kita lempar sambil sedikit berputar. Kalau kita perhatikan secara
aeksama, gerakan tongkat pemukul tadi dapat kita gambarkan seperti
membentuk suatu lintasan dari gerak translasi yang sedang dijalani
dimana pada kasus ini lintasannya berbentuk parabola. Tongkat ini memang
berputar pada porosnya, yaitu tepat di titik beratnya. Dan, secara
keseluruhan benda bergerak dalam lintasan parabola. Lintasan ini
merupakan lintasan dari posisi titik berat benda tersebut.
Demikian
halnya seorang peloncat indah yang sedang terjun ke kolam renang. Dia
melakukan gerak berputar saat terjun. sebagaimana tongkat pada contoh di
atas, peloncat indah itu juga menjalani gerak parabola yang bisa
dilihat dari lintasan titik beratnya. Perhatikan gambar berikut ini.
Cara
untuk mengetahui letak titik berat suatu benda tegar akan menjadi mudah
untuk benda-benda yang memiliki simetri tertentu, misalnya segitiga,
kubus, balok, bujur sangkar, bola dan lain-lain. Yaitu d sama dengan
letak sumbu simetrinya. Hal ini jelas terlihat pada contoh diatas bahwa
letak titik berat sama dengan sumbu rotasi yang tidak lain adalah sumbu
simetrinya.
Induksi Elektromagnetik
Dengan adanya transformator, keperluan
listrik pada tegangan yang sesuai dapat terpenuhi. Dahulu untuk
membawa listrik diperlukan kuda. Kuda (pada gambar) sedang
membawa pembangkit listrik untuk penerangan lapangan ski.
Seandainya transformator belum ditemukan, berapa ekor kuda yang
diperlukan untuk penerangan sebuah kota? Fenomena pemindahan listrik
akan kamu pelajari pada bab ini. Pada bab ini kamu akan
mempelajari pemanfaatan kemagnetan dalam produk teknologi.
Adakah pusat
pembangkit listrik di dekat rumahmu? Pembangkit listrik
biasanya terletak jauh dari permukiman penduduk. Untuk membawa
energi listrik, atau lebih dikenal transmisi daya listrik,
diperlukan kabel yang sangat panjang. Kabel yang demikian dapat
menurunkan tegangan. Karena itu diperlukan alat yang dapat menaikkan
kembali tegangan sesuai keperluan. Pernahkah kamu melihat tabung
berwarna biru yang dipasang pada tiang listrik? Alat tersebut adalah
transformator yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tegangan.
Bagaimanakah cara menaikkan dan menurunkan tegangan listrik? Untuk
memahami hal ini pelajari uraian berikut.
A. GGL INDUKSI
Pada bab sebelumnya, kamu sudah
mengetahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan. Menurutmu,
dapatkah kemagnetan menimbulkan kelistrikan? Kemagnetan dan kelistrikan
merupakan dua gejala alam yang prosesnya dapat dibolak-balik. Ketika
H.C. Oersted membuktikan bahwa di sekitar kawat berarus listrik
terdapat medan magnet (artinya listrik menimbulkan magnet), para
ilmuwan mulai berpikir keterkaitan antara kelistrikan dan kemagnetan.
Tahun 1821 Michael Faraday membuktikan bahwa perubahan medan
magnet dapat menimbulkan arus listrik (artinya magnet
menimbulkan listrik) melalui eksperimen yang sangat sederhana.
Sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan dapat
menghasilkan arus listrik pada kumparan itu. Galvanometer merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya arus listrik
yang mengalir. Ketika sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar
pada kumparan (seperti kegiatan di atas), jarum galvanometer menyimpang
ke kanan dan ke kiri. Bergeraknya jarum galvanometer menunjukkan bahwa
magnet yang digerakkan keluar dan masuk pada kumparan menimbulkan arus
listrik. Arus listrik bisa terjadi jika pada ujung-ujung kumparan
terdapat GGL (gaya gerak listrik). GGL yang terjadi di ujung-ujung
kumparan dinamakan GGL induksi. Arus listrik hanya timbul pada saat
magnet bergerak. Jika magnet diam di dalam kumparan, di ujung
kumparan tidak terjadi arus listrik.
1. Penyebab Terjadinya GGL Induksi
Ketika kutub utara magnet batang
digerakkan masuk ke dalam kumparan, jumlah garis gaya-gaya magnet
yang terdapat di dalam kumparan bertambah banyak. Bertambahnya jumlah
garis- garis gaya ini menimbulkan GGL induksi pada
ujung-ujung kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus
listrik mengalir menggerakkan jarum galvanometer. Arah arus
induksi dapat ditentukan dengan cara memerhatikan arah medan
magnet yang ditimbulkannya. Pada saat magnet masuk, garis gaya
dalam kumparan bertambah. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi
bersifat mengurangi garis gaya itu. Dengan demikian, ujung kumparan itu
merupakan kutub utara sehingga arah arus induksi seperti yang
ditunjukkan Gambar 12.1.a (ingat kembali cara menentukan kutub-kutub
solenoida).
Ketika kutub utara magnet batang
digerakkan keluar dari dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet
yang terdapat di dalam kumparan berkurang. Berkurangnya jumlah
garis-garis gaya ini juga menimbulkan GGL induksi pada
ujung-ujung kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus
listrik mengalir dan menggerakkan jarum galvanometer. Sama halnya ketika
magnet batang masuk ke kumparan. pada saat magnet keluar garis
gaya dalam kumparan berkurang. Akibatnya medan magnet hasil arus
induksi bersifat menambah garis gaya itu. Dengan demikian, ujung,
kumparan itu merupakan kutub selatan, sehingga arah arus induksi seperti
yang ditunjukkan Gambar 12.1.b. Ketika kutub utara magnet batang diam
di dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet di dalam
kumparan tidak terjadi perubahan (tetap). Karena jumlah garis-garis
gaya tetap, maka pada ujung-ujung kumparan tidak terjadi GGL induksi.
Akibatnya, tidak terjadi arus listrik dan jarum galvanometer tidak
bergerak. Jadi, GGL induksi dapat terjadi pada kedua ujung kumparan jika
di dalam kumparan terjadi perubahan jumlah garis-garis gaya magnet
(fluks magnetik). GGL yang timbul akibat adanya perubahan jumlah
garis-garis gaya magnet dalam kumparan disebut GGL induksi. Arus
listrik yang ditimbulkan GGL induksi disebut arus induksi.
Peristiwa timbulnya GGL induksi dan arus induksi akibat adanya
perubahan jumlah garis-garis gaya magnet disebut induksi
elektromagnetik. Coba sebutkan bagaimana cara memperlakukan magnet
dan kumparan agar timbul GGL induksi?
2. Faktor yang Memengaruhi Besar GGL
Induksi Sebenarnya besar kecil GGL induksi dapat dilihat pada besar
kecilnya penyimpangan sudut jarum galvanometer. Jika sudut
penyimpangan jarum galvanometer besar, GGL induksi dan arus induksi yang
dihasilkan besar. Bagaimanakah cara memperbesar GGL induksi? Ada tiga
faktor yang memengaruhi GGL induksi, yaitu : a. kecepatan gerakan
magnet atau kecepatan perubahan jumlah garis-garis gaya magnet
(fluks magnetik), b. jumlah lilitan, c. medan magnet
B. PENERAPAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
Pada induksi elektromagnetik terjadi
perubahan bentuk energi gerak menjadi energi listrik. Induksi
elektromagnetik digunakan pada pembangkit energi listrik. Pembangkit
energi listrik yang menerapkan induksi elektromagnetik adalah generator
dan dinamo. Di dalam generator dan dinamo terdapat kumparan dan magnet.
Kumparan atau magnet yang berputar menyebabkan terjadinya
perubahan jumlah garis-garis gaya magnet dalam kumparan. Perubahan
tersebut menyebabkan terjadinya GGL induksi pada kumparan. Energi
mekanik yang diberikan generator dan dinamo diubah ke dalam bentuk
energi gerak rotasi. Hal itu menyebabkan GGL induksi dihasilkan
secara terus-menerus dengan pola yang berulang secara periodik
1. Generator
Generator dibedakan menjadi dua, yaitu generator arus searah (DC) dan
generator arus bolak-balik (AC). Baik generator AC dan generator DC
memutar kumparan di dalam medan magnet tetap. Generator AC sering
disebut alternator. Arus listrik yang dihasilkan berupa arus
bolak-balik. Ciri generator AC menggunakan cincin ganda. Generator
arus DC, arus yang dihasilkan berupa arus searah. Ciri generator DC
menggunakan cincin belah (komutator). Jadi, generator AC dapat
diubah menjadi generator DC dengan cara mengganti cincin ganda
dengan sebuah komutator. Sebuah generator AC kumparan berputar di
antara kutub- kutub yang tak sejenis dari dua magnet yang
saling berhadapan. Kedua kutub magnet akan menimbulkan medan
magnet. Kedua ujung kumparan dihubungkan dengan sikat karbon
yang terdapat pada setiap cincin. Kumparan merupakan bagian
generator yang berputar (bergerak) disebut rotor. Magnet tetap
merupakan bagian generator yang tidak bergerak disebut
stator. Bagaimanakah generator bekerja? Ketika kumparan sejajar dengan
arah medan magnet (membentuk sudut 0 derajat), belum terjadi arus
listrik dan tidak terjadi GGL induksi (perhatikan Gambar 12.2).
Pada saat kumparan berputar perlahan-lahan, arus dan GGL
beranjak naik sampai kumparan membentuk sudut 90 derajat. Saat itu
posisi kumparan tegak lurus dengan arah medan magnet. Pada kedudukan ini
kuat arus dan GGL induksi menunjukkan nilai maksimum. Selanjutnya,
putaran kumparan terus berputar, arus dan GGL makin berkurang. Ketika
kumparan mem bentuk sudut 180 derajat kedudukan kumparan sejajar dengan
arah medan magnet, maka GGL induksi dan arus induksi menjadi nol.
Putaran kumparan berikutnya arus dan
tegangan mulai naik lagi dengan arah yang berlawanan. Pada saat
membentuk sudut 270 derajat, terjadi lagi kumparan berarus tegak lurus
dengan arah medan magnet. Pada kedudukan kuat arus dan GGL induksi
menunjukkan nilai maksimum lagi, namun arahnya berbeda. Putaran
kumparan selanjutnya, arus dan tegangan turun perlahanlahan
hingga mencapai nol dan kumparan kembali ke posisi semula
hingga memb entuk sudut 360 derajat.
2. Dinamo Dinamo
dibedakan menjadi dua yaitu, dinamo arus searah (DC) dan dinamo arus
bolak-balik (AC). Prinsip kerja dinamo sama dengan generator yaitu
memutar kumparan di dalam medan magnet atau memutar magnet di dalam
kumparan. Bagian dinamo yang berputar disebut rotor. Bagian dinamo yang
tidak bergerak disebut stator.
Perbedaan
antara dinamo DC dengan dinamo AC terletak pada cincin yang digunakan.
Pada dinamo arus searah menggunakan satu cincin yang dibelah menjadi dua
yang disebut cincin belah (komutator). Cincin ini memungkinkan arus
listrik yang dihasilkan pada rangkaian luar Dinamo berupa arus searah
walaupun di dalam dinamo sendiri menghasilkan arus bolak-balik. Adapun,
pada dinamo arus bolak-balik menggunakan cincin ganda (dua cincin). Alat
pembangkit listrik arus bolak balik yang paling sederhana adalah dinamo
sepeda. Tenaga yang digunakan untuk memutar rotor adalah roda sepeda.
Jika roda berputar,
kumparan
atau magnet ikut berputar. Akibatnya, timbul GGL induksi pada
ujung-ujung kumparan dan arus listrik mengalir. Makin cepat gerakan roda
sepeda, makin cepat magnet atau kumparan berputar. Makin besar pula GGL
induksi dan arus listrik yang dihasilkan. Jika dihubungkan dengan
lampu, nyala lampu makin terang. GGL induksi pada dinamo dapat
diperbesar dengan cara putaran roda dipercepat, menggunakan magnet yang
kuat (besar), jumlah lilitan diperbanyak, dan menggunakan inti besi
lunak di dalam kumparan.
C. TRANSFORMATOR
Di rumah mungkin kamu pernah dihadapkan
persoalan tegangan listrik, ketika kamu akan menghidupkan radio yang
memerlukan tegangan 6 V atau 12 V. Padahal tegangan listrik yang
disediakan PLN 220 V. Bahkan generator pembangkit listrik menghasilkan
tegangan listrik yang sangat tinggi mencapai hingga puluhan ribu volt.
Kenyataannya sampai di rumah tegangan listrik tinggal 220 V.
Bagaimanakah cara mengubah tegangan listrik? Alat yang digunakan untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan AC disebut transformator (trafo).
Trafo memiliki dua terminal, yaitu terminal input dan terminal output.
Terminal input terdapat pada kumparan primer. Terminal output terdapat
pada kumparan sekunder. Tegangan listrik yang akan diubah dihubungkan
dengan terminal input. Adapun, hasil pengubahan tegangan diperoleh pada
terminal output. Prinsip kerja transformator menerapkan peristiwa
induksi elektromagnetik. Jika pada kumparan primer dialiri arus AC, inti
besi yang dililiti kumparan akan menjadi magnet (elektromagnet). Karena
arus AC, pada elektromagnet selalu terjadi perubahan garis gaya magnet.
Perubahan garis gaya tersebut akan bergeser ke kumparan sekunder.
Dengan demikian, pada kumparan sekunder juga terjadi perubahan garis
gaya magnet. Hal itulah yang menimbulkan GGL induksi pada kumparan
sekunder. Adapun, arus induksi yang dihasilkan adalah arus AC yang
besarnya sesuai dengan jumlah lilitan sekunder. Bagian
utama transformator ada tiga, yaitu inti besi yang berlapis-lapis,
kumparan primer, dan kumparan sekunder. Kumparan primer yang dihubungkan
dengan PLN sebagai tegangan masukan (input) yang akan dinaikkan atau
diturunkan. Kumparan sekunder dihubungkan dengan beban sebagai tegangan
keluaran (output).
1. Macam-Macam Transformator
Apabila tegangan terminal output lebih
besar daripada tegangan yang diubah, trafo yang digunakan berfungsi
sebagai penaik tegangan. Sebaliknya apabila tegangan terminal output
lebih kecil daripada tegangan yang diubah, trafo yang digunakan
berfungsi sebagai penurun tegangan. Dengan demikian, transformator
(trafo) dibedakan menjadi dua, yaitu trafo step up dan trafo step down.
Trafo step up adalah transformator yang berfungsi untuk menaikkan tegangan AC. Trafo ini memiliki ciri-ciri:
Trafo step up adalah transformator yang berfungsi untuk menaikkan tegangan AC. Trafo ini memiliki ciri-ciri:
a. jumlah lilitan primer lebih sedikit daripada jumlah lilitan sekunder,
b. tegangan primer lebih kecil daripada tegangan sekunder,
c. kuat arus primer lebih besar daripada kuat arus sekunder.
Trafo step down adalah transformator yang berfungsi untuk menurunkan tegangan AC. Trafo ini memiliki ciri-ciri:
a. jumlah lilitan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder,
b. tegangan primer lebih besar daripada tegangan sekunder,
c. kuat arus primer lebih kecil daripada kuat arus sekunder.
c. kuat arus primer lebih kecil daripada kuat arus sekunder.
2. Transformator Ideal
Besar tegangan dan kuat arus pada trafo
bergantung banyaknya lilitan. Besar tegangan sebanding dengan jumlah
lilitan. Makin banyak jumlah lilitan tegangan yang dihasilkan makin
besar. Hal ini berlaku untuk lilitan primer dan sekunder. Hubungan
antara jumlah lilitan primer dan sekunder dengan tegangan primer dan
tegangan sekunder dirumuskan Trafo
dikatakan ideal jika tidak ada energi yang hilang menjadi kalor, yaitu
ketika jumlah energi yang masuk pada kumparan primer sama dengan jumlah
energi yang keluar pada kumparan sekunder. Hubungan antara tegangan
dengan kuat arus pada kumparan primer dan sekunder dirumuskan Jika kedua ruas dibagi dengan t, diperoleh rumus Dalam hal ini faktor (V × I) adalah daya (P) transformator.
Berdasarkan rumus-rumus di atas, hubungan antara jumlah lilitan primer dan sekunder dengan kuat arus primer dan sekunder dapat dirumuskan sebagai Dengan demikian untuk transformator ideal akan berlaku persamaan berikut. Dengan:
Vp = tegangan primer (tegangan input = Vi ) dengan satuan volt (V)
Vs = tegangan sekunder (tegangan output = Vo) dengan satuan volt (V)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Ip = kuat arus primer (kuat arus input = Ii) dengan satuan ampere (A)
Is = kuat arus sekunder (kuat arus output = Io) dengan satuan ampere (A)
Berdasarkan rumus-rumus di atas, hubungan antara jumlah lilitan primer dan sekunder dengan kuat arus primer dan sekunder dapat dirumuskan sebagai Dengan demikian untuk transformator ideal akan berlaku persamaan berikut. Dengan:
Vp = tegangan primer (tegangan input = Vi ) dengan satuan volt (V)
Vs = tegangan sekunder (tegangan output = Vo) dengan satuan volt (V)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Ip = kuat arus primer (kuat arus input = Ii) dengan satuan ampere (A)
Is = kuat arus sekunder (kuat arus output = Io) dengan satuan ampere (A)
4. Penggunaan Transformator
Banyak peralatan listrik di rumah yang menggunakan transformator step down. Trafo tersebut berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik PLN yang besarnya 220 V menjadi tegangan lebih rendah sesuai dengan kebutuhan. Sebelum masuk rangkaian elektronik pada alat, tegangan 220 V dari PLN dihubungkan dengan trafo step down terlebih dahulu untuk diturunkan. Misalnya kebutuhan peralatan listrik 25 V. Jika alat itu langsung dihubungkan dengan PLN, alat itu akan rusak atau terbakar. Namun, apabila alat itu dipasang trafo step down yang mampu mengubah tegangan 220 V menjadi 25 V, alat itu akan terhindar dari kerusakan. Ada beberapa alat yang menggunakan transformator antara lain catu daya, adaptor, dan transmisi daya listrik jarak jauh.
Banyak peralatan listrik di rumah yang menggunakan transformator step down. Trafo tersebut berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik PLN yang besarnya 220 V menjadi tegangan lebih rendah sesuai dengan kebutuhan. Sebelum masuk rangkaian elektronik pada alat, tegangan 220 V dari PLN dihubungkan dengan trafo step down terlebih dahulu untuk diturunkan. Misalnya kebutuhan peralatan listrik 25 V. Jika alat itu langsung dihubungkan dengan PLN, alat itu akan rusak atau terbakar. Namun, apabila alat itu dipasang trafo step down yang mampu mengubah tegangan 220 V menjadi 25 V, alat itu akan terhindar dari kerusakan. Ada beberapa alat yang menggunakan transformator antara lain catu daya, adaptor, dan transmisi daya listrik jarak jauh.
a. Power supply (catu daya)
Catu daya merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan tegangan AC yang rendah. Catu daya menggunakan trafo step down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan 220 V menjadi beberapa tegangan AC yang besarnya antara 2 V sampai 12 V
Catu daya merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan tegangan AC yang rendah. Catu daya menggunakan trafo step down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan 220 V menjadi beberapa tegangan AC yang besarnya antara 2 V sampai 12 V
b. Adaptor (penyearah arus)
Adaptor terdiri atas trafo step down dan rangkaian penyearah arus listrik yang berupa diode. Adaptor merupakan catu daya yang ditambah dengan penyearah arus. Fungsi penyearah arus adalah mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.
Adaptor terdiri atas trafo step down dan rangkaian penyearah arus listrik yang berupa diode. Adaptor merupakan catu daya yang ditambah dengan penyearah arus. Fungsi penyearah arus adalah mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.
c. Transmisi daya listrik jarak jauh
Pembangkit listrik biasanya dibangun jauh dari permukiman penduduk. Proses pengiriman daya listrik kepada pelanggan listrik (konsumen) yang jaraknya jauh disebut transmisi daya listrik jarak jauh. Untuk menyalurkan energi listrik ke konsumen yang jauh, tegangan yang dihasilkan generator pembangkit listrik perlu dinaikkan mencapai ratusan ribu volt. Untuk itu, diperlukan trafo step up. Tegangan tinggi ditransmisikan melalui kabel jaringan listrik yang panjang menuju konsumen. Sebelum masuk ke rumah-rumah penduduk tegangan diturunkan menggunakan trafo step down hingga menghasilkan 220 V. Transmisi daya listrik jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan besar dan arus yang kecil. Dengan cara itu akan diperoleh beberapa keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta harganya lebih murah.
Pembangkit listrik biasanya dibangun jauh dari permukiman penduduk. Proses pengiriman daya listrik kepada pelanggan listrik (konsumen) yang jaraknya jauh disebut transmisi daya listrik jarak jauh. Untuk menyalurkan energi listrik ke konsumen yang jauh, tegangan yang dihasilkan generator pembangkit listrik perlu dinaikkan mencapai ratusan ribu volt. Untuk itu, diperlukan trafo step up. Tegangan tinggi ditransmisikan melalui kabel jaringan listrik yang panjang menuju konsumen. Sebelum masuk ke rumah-rumah penduduk tegangan diturunkan menggunakan trafo step down hingga menghasilkan 220 V. Transmisi daya listrik jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan besar dan arus yang kecil. Dengan cara itu akan diperoleh beberapa keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta harganya lebih murah.
Hukum
Archimedes
Hukum Archimedes menyatakan sebagai berikut, Sebuah benda yang
tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas
yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya.
Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida fluida yang dipindahkan. Besarnya gaya ke atas menurut Hukum Archimedes ditulis dalam persamaan :
Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida fluida yang dipindahkan. Besarnya gaya ke atas menurut Hukum Archimedes ditulis dalam persamaan :
Fa = ρ v g
Keterangan :
Fa = gaya ke atas (N)
V = volume benda yang tercelup (m3)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (N/kg)
Keterangan :
Fa = gaya ke atas (N)
V = volume benda yang tercelup (m3)
ρ = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (N/kg)
Hukum ini juga bukan suatu hukum fundamental karena dapat
diturunkan dari hukum newton juga.
- Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya =0 dan benda
melayang .
- Bila FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang
- Bila FA<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam
- Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya =0 dan benda
melayang .
- Bila FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang
- Bila FA<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam
Jika rapat massa fluida lebih kecil daripada rapat massa balok maka
agar balok berada dalam keadaan seimbang,volume zat cair yang dipindahkan harus
lebih kecil dari pada volume balok.Artinya tidak seluruhnya berada terendam
dalam cairan dengan perkataan lain benda mengapung. Agar benda melayang maka
volume zat cair yang dipindahkan harus sama dengan volume balok dan rapat massa
cairan sama dengan rapat rapat massa benda.
Jika rapat massa benda lebih besar daripada rapat massa fluida,
maka benda akan mengalami gaya total ke bawah yang tidak sama dengan nol.
Artinya benda akan jatuh tenggelam.
Berdasarkan Hukum Archimedes, sebuah benda yang tercelup ke dalam
zat cair akan mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi atau gaya berat (W) dan
gaya ke atas (Fa) dari zat cair itu. Dalam hal ini ada tiga peristiwa yang
berkaitan dengan besarnya kedua gaya tersebut yaitu seperti berikut.
• Tenggelam
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam jika berat benda (w)
lebih besar dari gaya ke atas (Fa).
Sebuah benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam jika berat benda (w)
lebih besar dari gaya ke atas (Fa).
w > Fa
ρb X Vb X g > ρa X Va X g
ρb > ρa
ρb X Vb X g > ρa X Va X g
ρb > ρa
Volume bagian
benda yang tenggelam bergantung dari rapat massa zat cair (ρ)
• Melayang
Sebuah benda
yang dicelupkan ke dalam zat cair akan melayang jika berat benda (w)
sama dengan gaya ke atas (Fa) atu benda tersebut tersebut dalam keadaan setimbang
sama dengan gaya ke atas (Fa) atu benda tersebut tersebut dalam keadaan setimbang
w = Fa
ρb X Vb X g = ρa X Va X g
ρb = ρa
ρb X Vb X g = ρa X Va X g
ρb = ρa
Pada 2 benda
atau lebih yang melayang dalam zat cair akan berlaku :
(FA)tot = Wtot
rc . g (V1+V2+V3+V4+…..) = W1 + W2 + W3 + W4 +…..
rc . g (V1+V2+V3+V4+…..) = W1 + W2 + W3 + W4 +…..
• Terapung
Sebuah benda
yang dicelupkan ke dalam zat cair akan terapung jika berat benda (w)
lebih kecil dari gaya ke atas (Fa).
lebih kecil dari gaya ke atas (Fa).
w = Fa
ρb X Vb X g = ρa X Va X g
ρb < ρa
ρb X Vb X g = ρa X Va X g
ρb < ρa
Misal :
Sepotong gabus ditahan pada dasar bejana berisi zat cair, setelah dilepas,
gabus
tersebut akan naik ke permukaan zat cair (terapung) karena :
tersebut akan naik ke permukaan zat cair (terapung) karena :
FA > W
rc . Vb . g > rb . Vb . g
rc $rb
rc . Vb . g > rb . Vb . g
rc $rb
Selisih antara
W dan FA disebut gaya naik (Fn).
Fn = FA –
W
Benda terapung
tentunya dalam keadaan setimbang, sehingga berlaku :
FA’ = W
rc . Vb2 . g = rb . Vb . g
rc . Vb2 . g = rb . Vb . g
FA’ = Gaya ke
atas yang dialami oleh bagian benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb1 = Volume benda yang berada dipermukaan zat cair.
Vb2 = Volume benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb = Vb1 + Vb 2
FA’ = rc . Vb2 . g
Vb1 = Volume benda yang berada dipermukaan zat cair.
Vb2 = Volume benda yang tercelup di dalam zat cair.
Vb = Vb1 + Vb 2
FA’ = rc . Vb2 . g
Berat (massa)
benda terapung = berat (massa) zat cair yang dipindahkan
Daya apung
(bouyancy) ada 3 macam, yaitu :
1. Daya apung positif (positive bouyancy) : bila suatu benda mengapung.
2. Daya apung negatif (negative bouyancy) : bila suatu benda tenggelam.
3. Daya apung netral (neutral bouyancy) : bila benda dapat melayang.
1. Daya apung positif (positive bouyancy) : bila suatu benda mengapung.
2. Daya apung negatif (negative bouyancy) : bila suatu benda tenggelam.
3. Daya apung netral (neutral bouyancy) : bila benda dapat melayang.
bergerak dalam air dengan scuba, penyelam harus mempertahankan posisi neutral
bouyancy.
FLUIDA
FLUIDA
Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat
mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air
atau zat gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat seperti batu dan besi
tidak dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Air, minyak
pelumas, dan susu merupakan contoh zat cair. Semua zat cair itu dapat
dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu
tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat
gas juga dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin
merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain (Lohat,
2008).
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya,
terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang
melaluinya dan kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat
mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang dihirup
juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering tidak
disadari (Lohat, 2008).
Fluida dibagi menjadi dua bagian yakni fluida
statis (fluida diam) dan fluida dinamis (fluida bergerak). Fluida statis
ditinjau ketika fluida yang sedang diam atau berada dalam keadaan setimbang.
Fluida dinamis ditinjau ketika fluida ketika sedang dalam keadaan bergerak)
(Kanginan, 2007).
Fluida statis erat kaitannya dengan hidraustatika dan tekanan. Hidraustatika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gaya maupun tekanan di dalam zat
cair yang diam (Kanginan, 2007). Sedangkan tekanan didefinisikan sebagai gaya normal per satuan luas permukaan (Resnick,
1985).
Setiap fluida selalu memberikan tekanan pada semua benda yang bersentuhan
dengannya. Air yang dimasukan ke dalam gelas akan memberikan tekanan pada
dinding gelas. Demikian juga seseorang yang mandi dalam kolam renang atau air
laut, air kolam atau air laut tersebut juga memberikan tekanan pada seluruh
tubuh orang tersebut (Lohat, 2008).
Tekanan total air pada kedalaman tertentu, misalnya tekanan air laut pada
kedalaman 200 meter merupakan jumlah tekanan atmosfer yang menekan permukaan
air laut dan tekanan terukur pada kedalaman 200 meter. Jadi, selain lapisan
bagian atas air menekan lapisan air yang ada di bawahnya, terdapat juga
atmosfer (udara) yang menekan permukaan air laut tersebut (Lohat, 2008).
Tekanan yang ditimbulkan oleh lapisan fluida yang ada di atas dapat
dikatakan sebagai tekanan dalam karena tekanan itu sendiri berasal dari dalam
fluida sedangkan tekanan atmosfer dapat kita katakana tekanan luar karena
atmosfer terpisah dari fluida. Tekanan atmosfer (dalam kasus ini merupakan
tekanan luar) bekerja pada seluruh permukaan fluida dan tekanan tersebut
disalurkan pada seluruh bagian fluida. Oleh karena itu, tekanan total fluida
pada kedalaman tertentu selain disebabkan oleh tekanan lapisan fluida pada
bagian atas, juga dipengaruhi oleh tekanan luar (Lohat, 2008).
Pentingnya hukum Newton dan jangkauan validitasnya
- Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami percepatan).
- Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya, dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan turunan dari momentum linear benda tersebut terhadap waktu.
- Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan F disebut sebagai aksi dan –F adalah reaksinya.
Ketiga hukum
ini juga merupakan pendekatan yang baik untuk benda-benda makroskopis dalam
kondisi sehari-hari. Namun hukum newton (digabungkan dengan hukum gravitasi
umum dan elektrodinamika klasik) tidak tepat untuk digunakan
dalam kondisi tertentu, terutama dalam skala yang amat kecil, kecepatan yang
sangat tinggi (dalam relativitas
khususs, faktor
Lorentz, massa
diam, dan kecepatan harus diperhitungkan dalam perumusan momentum)
atau medan gravitasi yang sangat kuat. Maka hukum-hukum ini tidak dapat
digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena seperti konduksi listrik pada
sebuah semikonduktor,
sifat-sifat optik dari sebuah bahan, kesalahan pada GPS
sistem yang tidak diperbaiki secara relativistik, dan superkonduktivitas.
Penjelasan dari fenomena-fenomena ini membutuhkan teori fisika yang lebih
kompleks, termasuk relativitas umum
dan teori
medan kuantum.
Dalam mekanika kuantum konsep seperti gaya,
momentum, dan posisi didefinsikan oleh operator-operator
linier yang beroperasi dalam kondisi
kuantum, pada kecepatan yang jauh lebih rendah dari kecepatan
cahaya, hukum-hukum Newton sama tepatnya dengan operator-operator ini bekerja
pada benda-benda klasik. Pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya, hukum
kedua tetap berlaku seperti bentuk aslinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar